Ontologi; Metafisika, Asumsi, Dan Peluang

Ontologi:

Metafisika, Asumsi, Dan Peluang

 

  1. 1.        Pendahuluan

Para filosof berusaha memecahkan masalah-masalah yang penting bagi manusia, baik langsung atau tidak langsung. Melalui pengujian yang kritis, filosof mencoba untuk mengevaluasi informasi-informasi dan kepercayaan-kepercayaan yang kita miliki tentang alam semesta serta kesibukan dunia manusia. Filosof mencoba membuat generalisasi, sistematika, dan gambaran-gambaran yang konsisten tentang semua hal yang kita ketahui dan kita pikirkan. Tanpa melihat tujuan, pekerjaan, dan latar belakang pendidikan

Baca lebih lanjut

Menumbuhkan Kebiasaan Menulis

MENUMBUHKAN KEBIASAAN  MENULIS

 

cindona_kanariansa_mangsa_hotda@yahoo.com

Abstrak

Kegiatan menulis merupakan kegiatan merekam pikirian yang dituangkan dalam lambang tulisan dan mengekspresikan pikiran serta meyakinkan pembaca. Menumbuhkan kebiasaan menulis tentu perlu komitmen dari dalam diri Anda. Anda harus menyediakan  wakatu khusus untuk menulis.  Komitmen Anda untuk menyediakan waktu khusus menulis merupakan syarat cukup. Dikatakan sebagai syarat cukup karena ketika Anda telah menyediakan waktu khusus untuk menulis, karya tulisan pasti akan dapat Anda hasilkan.

 

Kata kunci : Perintah menulis, menumbuhkan kebiasaan menulis, dan komitmen  menulis.

 

Activity write to represent the activity of record pikirian poured in article device and express the mind and also assure the reader. Grow the habit write of course need the komitmen from within yourself. You have to provide the special wakatu to write. Your Komitmen to provide the special time write to represent the condition enough. Told [by] as condition enough because when You have provided the special time to write the, article masterpiece surely will earn You yield

1. Pendahuluan

 

 

M
 

enulis pada dasarnya merupakan kegiatan merekam buah pikiran ke dalam bentuk tulisan dengan menggunakan sistem dan peralatan menulis. Usaha merekam bahasa lisan ke dalam bentuk tulis itu, menghendaki aturan atau sistem tertentu yang harus diikuti dan dipatuhi. Hal ini menyebabkan kepandaian menulis itu menjadi sebuah keterampilan. Sebuah keterampilan tentu tidak akan diperoleh apabila tidak melalui proses pelatihan. Pelatihan itu sendiri tentu melalui tahapan tertentu yang terus-menerus harus dilakukan. Hal ini didukung oleh pendapat Semi (2007:3) menyatakan bahwa kalau mau pandai menulis, tentu saja harus belajar menulis. Dengan berlatih, kemaun, dan disiplin diri yang tinggi, tentu keinginan itu dapat dicapai.   Menurut Morsey (dikutip Wibowo, 2007:144), “Kecakapan menulis merupakan ciri-ciri seorang yang terpelajar”. Keterpelajaran  bersinggungan dengan aspek profesionalisme sehingga dapat ditegaskan, seseorang yang profesional mesti piawai pula dalam hal tulis menulis. Pasalnya dalam kegiatan tulis menulis ini, seseorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Kegiatan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Dengan kata lain, keterampilan menulis merupakan satu jenis keterampilan yang produktif dan menghasilkan suatu karya cipta.

Sebagai mahluk ciptaan Allah kita pasti tidak asing dengan kitab petunjuk hidup. Dalam kalangan umat muslim, kitab petunjuk hidup ini disebut dengan Alqur’an. Melalui kitab petunjuk hidup itulah, tuhan menuntun mahluk ciptaan-Nya agar sesuai dengan fitrah penciptaannya (Q.S. 2:185) sudah menjadi sebuah kebenaran umum bahwa tujuan ciptaannya makhluk, salah satunya manusia, adalah untuk mengabdi kepada Sang Khaliq, yakni Allah SWT. Salah satu perintah yang tidak asing bagi kita adalah membaca dan menulis. Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Bila kita menullis sesuatu, pada prinsipnya ingin agar tulisan itu dibaca oleh orang lain paling sedikit dapat dibaca sendiri pada saat lain. Seseorang akan dapat dan terus menulis jika dia memiliki motivasi (ruh) dalam menulis. Tanpa sebuah motivasi, seseorang bahkan dapat dipastikan tidak akan dapat menulis.

 

Pengertian Menulis

 

            Menurut Tarigan (2008:3), “Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain”. “Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan lambang-lambang tulisan” (Semi, 2007:14). Hal yang senada pula yang dikemukakan oleh Tarigan (1994:21), “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Selain itu menurut Akhadiah dkk., (1992:2), “Menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah  suatu kegiatan yang bukan hanya meyakinkan pembaca tetapi juga mengexpresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Tujuan Menulis

Setiap orang yang hendak menulis tentu mempunyai niat atau maksud di  dalam hati atau pikiran apa yang hendak dicapai dengan menulis. Tujuan menulis adalah response atau jawaban yang diharapkan oleh penulis akan diperoleh dari pembaca (Tarigan, 2008:24).

Semi (2008:14–22) menyatakan tujuan umum menulis adalah sebagai berikut.

a)      Untuk menceritakan sesuatu, menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai masud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang diimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis.

b)      Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, biasanya seseorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang memberi petunjuk atau pengarahan.

c)      Untuk menjelaskan sesuatu.

d)      Untuk meyakinkan, ada kalanya seseorang menulis untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangan mengenai sesuatu.

e)      Untuk merangkum, ada kalanya orang menulis untuk merangkumkan sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan murid sekolah, baik sekolah dasar, sekolah menengah, maupun mahasiswa yang berada di perguruan tinggi.

Dari kelima tujuan menulis di atas, dalam kenyataannya sering satu atau dua tujuan itu terpadu menjadi satu atau tumpang tindih. Misalnya, tujuan menjelaskan sesuatu sekaligus bermaksud meyakinkan. Tujuan menceritakan peristiwa di dalamnya mengandung maksud merangkum.

Sehubungan dengan itu “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Harting (dikutip Tarigan, 2008:25–26) merangkumkan  tujuan penulisan atau menulis adalah sebagai berikut.

a)      Assignment purpose (tujuan penugasan).

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan karena kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkum buku, sekertaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).

b)      Altruistic purpose (tujuan altruistik).

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, igin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

c)      Persuasive purpose (tujuan persuasif).

Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

d)     Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)

Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada pembaca.

e)      Self-expressive (tujuan pernyataan diri).

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

f)       Creative purpose (tujaun kreatif)

Tujuan ini erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” disini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik atau seni yang ideal.

g)      Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini, penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.

 

Perintah Menulis

 

Allah mengajarkan manusia membaca dan menulis. Perintah ini secara eksplisit dapat disimak dalam Q.S. 96:1 – 5 sebagai berikut:

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

Bacalah, dan Tuhannmulah Yang Maha Pemurah,

Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Kata iqra (baca) yang terambil dari kata qara’a pada mulanya berarti “menghimpun”. Apabila Anda merangkai huruf atau kata kemudian Anda mengucapkan rangkaian tersebut, Anda telah menghimpunnya atau, dalam bahasa

Alquran qara’qiratan Damayanti (dikutip Kuncoro, 2010:2). Iqra yang diterjemahkan dengan bacalah tidak mengharuskan adanya suatu terks tertulis yang dibaca, tidak pula diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.

Perintah menulis tercamtum dalam Q.S.  68:1–3 yang terjemahan sebagai berikut:

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis,

berkat nikmat Tuhanmu Kamu (Muhammad) sekali-kali bukan orang gila.

Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.

 

Singkatnya, membaca dan menulis ibarat dua sisi mata uang. Satu dan lainya saling menunjang peran dan fungsi masing-masing. Jika ada pendapat orang yang menyatakan bahwa membaca dan menulis membuang-buang waktu, hal itu merupakan kekeliruan yang sangat besar. Membaca dan menulis adalah pekerjaan besar bagi orang-orang berperadaban. Dalam dua surat sebelumnya, yakni Q.S. 96:1 – 5 dan Q.S. 68:1 – 3 sama terdapat kata qalam (menulis). Pada Q.S. 96: 1 – 5, Allah menyandingkan kata iqra  dengan kalimat  ‘allama bi al-qalam’ yang mengajarkan manusia dengan perantaraan qalam (menulis). Dalam pandangan Wahbah, sandingan kata ini memiliki kekuatan yang sangat penting bagi manusia, yaitu Tuhan selain merintahkan untuk membaca, juga memerintahkan untuk menulis. Bahkan Abdullah bin ‘Amru, seorang ulama salaf mengungkapkan qayyidu al-ilma bi al-kitabah artinya ikatlah ilmu dengan menulisnya’ (Hudiata, 2005).  Tidak dapat dibayangkan bagaimana perjalanan umat Muslim jika Alquran yang merupakan buku pedoman hidup tidak dibukukan atau ‘dituliskan’ oleh para sahabat. Sementara pernyataan dari Gordon Smith, politikus Inggris abad ke-18 menarik untuk disimak (dikutif Kuncoro, 2010:3) “Membaca tanpa menulis, ibarat memiliki harta dibiarkan  menumpuk tanpa dimanfaatkan. Menulis tanpa membaca, ibarat mengeduk air dari sumur kering. Tidak membaca dan tidak menulis, ibarat orang tak berharta jatuh ke dalam sumur penuh air.” Sementara menurut seorang ulama salf, dalam Tafsir Al-Qurthubi, menyatakan  menulis adalah nikmat termahal yang diberikan oleh Allah, ia juga sebagai perantara untuk memahami sesuatu. Tanpanya, agama tidak akan berdiri, kehidupan menjadi tidak terarah…” Hudata (dikutip Kuncoro, 2010:3)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa perintah membaca dan menulis merupakan perintah yang paling berharga yang diberikan kepada umat manusia sebab membaca merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusian yang sempurna.

 

Menumbuhkan Kebiasaan Menulis

 

Bagi seorang pemula, memulai menulis merupakan hal sulit, namun kalau menulis surat atau chatting dengan pacar, suami dan istri, serta sahabat mengapa bisa kita lakukan dengan lancar bahkan hasilnya bisa sampai berlembar-lembar. Artinya, semua orang memiliki bakat menulis, hanya perlu berlatih dan meningkatkan keterampilan menulis untuk berbagai kebutuhan.

Allah berfirman  dalam Q.S.  92:4 “Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda”. Talenta (bakat) telah diberikan oleh Allah. Hal yang perlu dilakukan adalah menumbuhkan dan mengembangkan bakat tersebut sepanjang kisah hidup manusia. Bakat merupakan syarat perlu, tetapi mencukupi (necessary, but nof sufficient condition) untuk menulis. Adanya bakat untuk bagi calon penulis lebih mudah dalam menyerap teori-teori penulisan. Untuk seorang pemula berbakat akan lebih cepat daripada mereka yang tidak punya bakat sama sekali. Survei membuktikan bahwa bakat saja tidak cukup tanpa menulis, banyak orang yang mempunyai bakat menulis yang luar biasa, tetapi tulisan mereka tidak dipublikasikan.

Di sinilah letak pentingnya menumbuhkan kebiasaan dalam menulis (Solihin, 2007) pertama, memosisikan bahwa menulis merupakan bagian dari ibadah. Jika menulis atau menjadi penulis merupakan bagian ibadah, insya Allah ilmu yang Anda sebarkan kepada orang lain sehingga orang menjadi pandai sehigga Anda akan mendapatkan pahala. Bagi orang yang taat melakukan ibadah agamanya pasti akan tergugah hatinya apa bila dikatakan bahwa menulis suatu karya yang ilmiah yang berarti menyebarkan ilmu merupakan sebuah ibadah. Tidak  menulis berati menyembunyikan ilmu yang bermanfaat adalah dosa. Orang yang menulis merupakan perwujudan rasa syukur kepada Allah atas nikmat ilmu yang diberikan-Nya akan diberi nikmat yang lebih besar dari Allah. Kedua, menulis merupakan bagian perjuangan. Perjuangan tidak selalu identik dengan mengangkat senjata. Menyadari kegiatan menulis sebagian dari perjuangan akan memberikan tenaga tambahan bagi Anda untuk dan tetap menulis. Banyak kezaliman dan kerusakan yang terjadi di tengah kehidupan kita dapat dilawan dengan tulisan.

Sementara menurut Setiaji (dikutip Kuncoro, 2010:5), menumbuhkan kebiasaan menulis bisa ditumbuhkan dengan cara:

  1. Membaca. Dengan sering membaca juga dapat semakin meningkatkan pengetahuan, menemukan inspirasi/ide menulis dan rasa percaya diri untuk menulis.
  2. Berdiskusi dengan teman atau orang lain untuk mendapatkan masukan atau kritik sehingga semakin terasah pula kemampuan berpikir dan kesanggupan untuk memahami pendapat lain.
  3. Mengikuti seminar, talk show atau workshop untuk menambah wawasan menulis kita.
  4. Mengamati peristiwa kejadian  dalam kehidupan kita setiap hari.  Dengan sedikit fokus, konsentrasi, dan merenung, semua yang kita alami atau lihat sendiri dapat didokumentasikan dalam bentuk tulisan  dengan cara yang pasti dan lebih mudah.

Sementara menurut Agussiswoyo (http://agussiswoyo.com/2010/10/19/ menumbuhkan-kebiasaan-menulis/ diunduh pada tanggal 25 Nomvember 2011.

  1. Jangan takut menulis menurut Anda sendiri

Terkadang Anda harus cuek terhadap komentar pembaca yang berusaha mengitimidasi Anda dengan ofini yang subyektif yang terkesan indivudalis. Misalnya ia menyarankan gaya menulis menurut si A.

  1. Hindari membandingkan kemampuan diri dengan orang lain

Setiap orang mempunyai jalan yang berbeda-beda dalam mencapai kesuksesan. Anda yang mampu berkembang secara cepat dalam melangkah. Satu hal yang perlu diperhatikan kesuksesan untuk orang lain bukan berarti kegagalan bagi Anda. Tidak boleh syirik terima apapun yang terjadi pada diri Anda saat ini.

  1. Temukan keunikan Anda

Saat mengetahui blog atau artikel orang lain menadapat limpahan pujian, dan penghargaan  serta sanjungan, apakah Anda akan ikut-ikutan. Kalau tidak ada respon dari pembaca mengenai tulisan Anda  dari pembaca ya tidak masalah. Inilah saatnya Anda untuk menciptakan market tersendiri sesuai dengan dunia Anda.

  1. Bagikan pengalaman sehari-hari Anda kepada orang lain

Anda punya suami, intri, teman  dan orang terdekat lain ? coba bagi sedikit peristiwa selama sehari kepada mereka, lalu amati  respon yang diberikan. Hal ini setidaknya menjadi gambaran apakah topik yang Anda cukup menarik perhatian.

  1. Pegang teguh perinsip Anda

Tidak semua pengunjung atau pembaca berasal dari komunitas yang sama  dengan Anda. Ada yang berasal dari dunia penulis, mahasiswa, ibu rumah tangga dan banyak dari latar belakang lain. Sehingga tarik menarik kepentingan lintas kelompok sangat mungkin terjadi. Namun dapat Anda atasi kalau Anda punya prinsip yang kokoh Anda tidak akan terbawa arus.

  1. Perluas pengetahuan

Cara yang paling umum dilakukan adalah dengan membaca buku.

  1. Bergabung dalam sebuah komunitas

Banyak komunitas bloger atau lingkaran pena. Interaksi dengan kawan-kawan yang sepaham lebih banyak memberi manfaat dalam ide menulis maupun motivasi diri

  1. Praktek menulis setiap hari

Dengan latihan yang teratur, sedikit demi sedikit akan terbentuk kemampuan menulis secara alami. Semudah itu kah untuk menjalankannya? Prakteknya tidak gampang. Butuh waktu dan kesabaran ekstra. Tapi banyak utungnya apabilan Anda dapat menulis setiap hari. Paling tidak Tidak perlu dana tambahan untuk mebayar jasa pelusis bayangan.

Senada dengan pendapat Sabda http://sabda.org/pelitaku/ sepuluh_ langkah_ untuk_menciptakan_kebiasaan_menulis diunduh pada tanggal 25 November 2011. Para penulis adalah para penunda-nunda yang tidak populer. Tapi kita tidak perlu menjadi seperti itu jika kita menciptakan kebiasaan menulis. Berikut adalah langkah-langkah yang cocok untuk saya; langkah-langkah yang juga saya gunakan untuk menciptakan kebiasaan-kebiasaan lain:

  1. 1.        Tulis kebiasaan menulis Anda.

Jika Anda tidak berkomitmen untuk menuliskan kebiasaan menulis, Anda tidak benar-benar berkomitmen untuk membentuk kebiasaan tersebut. Jika Anda ingin membentuk suatu kebiasaan menulis, Anda harus benar-benar berkomitmen untuk melakukannya. Bukan kalimat “akan saya usahakan”, namun “saya benar-benar akan menulis”. Dan Anda harus menuliskan komitmen tersebut lalu memasangnya di tempat-tempat yang dapat Anda lihat dengan mudah. Secara spesifik, tulis kebiasaan seperti apa yang akan Anda lakukan (dalam hal ini menulis). Kapan, di mana, dan untuk berapa lama Anda akan melakukannya? Tuliskanlah semua itu.

  1. 2.        Menulislah setiap hari pada waktu yang sama, dengan pemicu.

Akan baik jika Anda memiliki waktu tertentu setiap hari untuk mulai menulis. Saya lebih suka di pagi hari, namun bisa juga saat makan siang, atau sesaat sebelum tidur. Pastikan bahwa waktu itu adalah waktu yang tidak akan dijejali oleh aktivitas lain — jika Anda sering mendapat panggilan rapat setiap sore, misalnya, jangan menetapkan waktu itu sebagai waktu menulis Anda (kecuali Anda memiliki otoritas untuk tidak mengikuti rapat itu).

Yang sama pentingnya dengan memiliki waktu khusus untuk menulis adalah memiliki pemicu. Apakah pemicu itu? Ini adalah suatu peristiwa yang akan mendorong Anda untuk melakukan kebiasaan itu. Misalnya, ketika dulu saya merokok, saya memiliki beberapa pemicu: saya akan merokok saat bangun tidur, stres, setelah rapat, dan sebagainya. Ketika saya ingin mengubah kebiasaan tersebut, saya harus mengubah beberapa pemicu itu, sehingga saya memiliki kebiasaan yang baru untuk menggantikan kebiasaan merokok. Ketika bangun tidur, misalnya, saya akan berolahraga. Untuk menciptakan kebiasaan baru, kita harus berusaha keras menghubungkan kebiasaan tersebut dengan pemicu. Contohnya, katakan saja Anda ingin menulis pada pagi hari- Anda akan bangun dari tempat tidur, mandi, membuat kopi, dan kemudian mulai menulis. Jadi, membuat kopi adalah pemicu untuk Anda menulis, dan mandi adalah pemicu untuk Anda membuat kopi, dan bangun dari tempat tidur adalah pemicu untuk Anda mandi. Dan karena Anda pasti akan bangun dari tempat tidur setiap hari, jadi Anda tidak akan memiliki masalah menerapkan hal ini. Pilih sebuah pemicu yang Anda tahu akan Anda lakukan setiap hari, dan kemudian menulislah.

  1. 3.        Berkomitmenlah kepada orang lain.

Seperti yang telah dituliskan di atas, adalah penting untuk memiliki komitmen yang kuat guna membentuk kebiasaan menulis. Untuk itu, akan membantu jika komitmen itu sifatnya tidak pribadi. Umumkanlah komitmen Anda kepada banyak orang. Beritahu keluarga, teman-teman, rekan kerja Anda, tulis dalam situs blog Anda, kirimkan ke sebuah forum diskusi online, dan sebagainya. Katakan dengan jelas apa yang akan Anda lakukan, dan berjanjilah untuk melaporkan kepada mereka hal-hal yang telah Anda lakukan (lihat butir nomor 6 di bawah). Hal ini akan memotivasi Anda untuk tetap melakukan kebiasaan menulis.

  1. 4.        Fokuslah selama 1 bulan.

Salah satu kunci untuk membentuk sebuah kebiasaan baru adalah fokus. Jika Anda benar-benar fokus untuk membentuk kebiasaan menulis, Anda akan sukses (terutama jika Anda mengombinasikannya dengan beberapa tips lain dalam artikel ini). Jika Anda mencoba untuk menciptakan banyak kebiasaan baru dalam satu waktu sekaligus, fokus Anda akan tersebar. Jangan terjerat pada jebakan yang lazim ada namun menggoda ini. Kerahkan seluruh fokus dan energi Anda untuk membentuk kebiasaan baru dalam menulis.

  1. 5.        Temukan motivasi Anda.

Apa alasan Anda melakukan kebiasan menulis? Apa yang memotivasi Anda untuk duduk dan menulis? Apa yang dapat membuat Anda tetap termotivasi ketika Anda sedang tidak ingin menulis? Mengetahui apa yang menjadi motivasi Anda itu penting — dan sangat baik jika Anda menuliskannya.

  1. 6.        Catat dan bertanggungjawablah.

Sangat penting mencatat kebiasaan baru Anda. Hal termudah yang dapat Anda lakukan adalah dengan memberikan tanda “X” di kalender Anda setiap kali Anda menulis. Atau Anda bisa juga menyiapkan sebuah lembar kerja untuk mencatat waktu dan tanggal, dengan catatan kecil ketika Anda menulis. Ini dapat menjadi alat untuk membantu Anda melacak apakah tujuan Anda sudah tercapai atau belum. Atau Anda bisa juga membuat catatan dalam blog pribadi; dengan menuliskan tulisan singkat dalam blog Anda setiap kali Anda selesai menulis. Forum diskusi online merupakan cara yang baik pula untuk mencatat apa yang sudah Anda lakukan. Cara apapun yang Anda pakai, lakukanlah itu dengan konsisten dan segera lakukan pencatatan setiap kali Anda selesai menulis. Bagikanlah catatan Anda tersebut kepada orang lain sebagai bentuk pertanggungjawaban Anda kepada orang lain.

  1. 7.        Tentukan penghargaan diri.

Penghargaan adalah motivator yang luar biasa. Sering-seringlah memberi penghargaan kepada diri sendiri ketika Anda baru mulai berusaha membentuk kebiasaan menulis: berikan satu hadiah kecil untuk diri sendiri pada hari pertama Anda menulis, kemudian pada hari yang kedua dan ketiga. Setelah itu, berikan hadiah kepada diri Anda setelah menulis secara rutin selama 1 minggu. Lalu kurangi lagi, Anda akan memberikan hadiah pada diri Anda setelah menulis secara rutin selama 1 bulan. Buat daftar penghargaan sebelum Anda mulai menulis, jadi Anda dapat melihat hadiah apa saja yang dapat Anda terima jika Anda mulai menulis.

  1. 8.        Disiplin.

Semakin konsisten Anda menulis, semakin kuat kebiasaan itu jadinya. Pastikan kebiasaan Anda terhubung kuat dengan pemicu Anda, sehingga setiap kali pemicunya terjadi, Anda akan melakukan kebiasaan Anda. Itulah yang membentuk suatu kebiasaan. Jika pemicunya terjadi, dan kadang Anda tidak melakukan kebiasaan Anda, maka Anda tidak benar-benar membentuk sebuah kebiasaan. Jadi, daripada Anda menyalahkan diri kelak, lebih baik Anda benar-benar disiplin. Karena sekali Anda tidak melakukan kebiasaan itu, kemungkinan Anda akan melakukannya lagi lain waktu. Jika Anda merasa sedang tidak ingin menulis hari ini, katakan pada diri Anda dengan tegas: “Disiplin!”

Apa yang akan terjadi jika karena beberapa alasan, Anda tidak melakukan kebiasaan Anda? Jangan lantas menyalahkan diri Anda sendiri. Analisa dan cari tahu mengapa hal itu sampai terjadi dan cari solusinya agar tidak terjadi lagi. Kemudian maju terus. Membentuk suatu kebiaaan membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun jika Anda disiplin, Anda akan berhasil.

  1. 9.        Mencari inspirasi.

Motivator terbaik adalah inspirasi. Ketika saya membentuk kebiasaan baru, saya suka membaca pengalaman-pengalaman sukses orang lain. Saya akan membaca buku, majalah, situs, dan blog dengan topik tersebut. Lakukanlah hal yang sama saat menulis — carilah inspirasi, tetapi jangan membiarkan kegiatan membaca tersebut menghambat Anda untuk menulis.

  1. 10.    Jadikan menulis sebagai kegiatan yang menyenangkan.

yang terpenting, jika kebiasaan itu tidak menyenangkan, Anda akan sering kehilangan motivasi. Mencoba disiplin memang penting, tapi pada akhirnya, motivasilah yang merupakan faktor pentingnya. Anda tidak dapat memaksa motivasi. Jadi, carilah cara untuk membuat kebiasaan menulis itu menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bisa dengan memutar musik atau menenggak secangkir kopi atau teh saat Anda menulis. Menulislah dengan ditemani sesuatu yang Anda sukai.

 

Komitmen Menulis

Seberapa pentingkah menulis  dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan lainnya? Mengetahui seberapa pentingnya menulis merupakan necessary condition (syarat perlu) yang harus dilalui  sebelum memutuskan judul tulisan yang akan Anda buat. Syarat perlu tersebut terkadung dalam dua pertanyaan pertama. bagi Anda, kurang penting, sama penting, atau lebih pentingkah menulis dibandingkan kegiatan-kegiatan lainnya? Jika kemudian ternyata Anda menemukan bahwa menulis kurang penting, jangan heran jika sampai dengan detik ini Anda belum mampu menghasilkan satu karya tulisan pun. Bagi Anda memutuskan bahwa menulis sama atau lebih penting daripada kegiatan-kegiatan  lainya, langkah selanjutnya adalah Anda harus berani berkomitmen.  Anda harus menyediakan  wakatu khusus untuk menulis.  Komitmen Anda untuk menyediakan waktu khusus menulis merupakan syarat cukup. Dikatakan sebagai syarat cukup karena ketika Anda telah menyediakan waktu khusus untuk menulis, karya tulisan pasti akan dapat Anda hasilkan.

Tidak sepenuhnya syarat perlu dan syarat cukup saja tidak cukup. Ada beberapa hal yang harus dilakukan agar keterampilan, kualitas, dan produktivitas menulis meningkat (Rahmawan dan Jonru, 2009), yaitu: pertama, sediakan waktu  khusus untuk menulis. Menyediakan waktu khusus untuk menulis menjadi syarat utama  dapat-tidaknya Anda menghasilakan sebuah karya tulis. Demikian pentinya, jika perlu Anda kurangi satu jam waktu tidur  Anda  untuk menulis ketika kegaiatan-kegiatan lainya tidak dapat diubah. Kalau Anda menganggap bahwa kegaitan menulis itu penting, Anda harus punya komitmen untuk menyediakan waktu khusus bagi kegiatan menulis.

Kedua, disiplin dalam mengelola waktu. Mengetahui pentingnya menulis dan menyediakan waktu khusus untuk menulis serta telah ditetapkannya program-progaram tidak akan ada artinya lagi jika kita tidak disiplin melaksanakannya.

Ketiga, menghargai waktu dan tidak menunda-nunda pekerjaan. Selesaikanlah pekerjaan tepat pada waktu dan jangan menunda menyelesaiakan perkarjaan karena berpikir masih ada hari esok hanya akan menambah masalah. Adanya hari esok akan diringi oleh hari esok berikutnya.

Keempat, kenali aktivitas harian. Buatlah jadwal kegian harian Anda. Penbuatan jadwal kegaian harian tersebut memungkinkan kita mengetahui wakatu sibuk dan kosong. Banyak orang tidak menyadari bahwa ada begitu banyak waktu luang yang sebenarnya dimiliki hanya karean tidak melakukan langkah sepele.

Kelima, mengerti prioritas. Qardhawi (2009) mengungkapkan urutan amal yang terpenting di antara yang penting dan sangat mendesak, tidak penting dan sangat mendesak, sangat penting dan tidak mendesak, tidak penting dan tidak mendesak. Sangat penting dan sangat mendesak ditempatkan pada urutan pertama sehingga yang pertama dikerjakan. Sementara itu, tidak penting dan tidak mendesak ditempatkan pada urutan terakhir dan hanya dikerjakan ketika pekerjaan-pekerjaan lainnya telah selesai dikerjakan.

Keenam, gunakan wakatu perjalanan. Tanpa kita sadari banyak waktu yang dapat kita manfaatkan ketika dalam perjalanan, terlebih lagi bagi Anda yang punya segudang kegiatan di luar kota. Gunakanlah waktu menulis saat berada di mobil  ditengah kemacetan kota atau ketika dalam perjalanan naik pesawat minimal satu jam perjalanan.

Ketuju, berani tegas untuk berkata “tidak” untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan  dengan pemanfaatan waktu secaa baik. Hidari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu seperti bergosip, membicarakan hal-hal yang tidak jelas arahnya dan lain sebagainya.

Kedelapan,  tanamkan tekat kuat untuk menjadi penulis sukses. Caranya adalah mengubah mind set (pola pikir), dengan: (1) Kalau Anda menganggap bahwa menjadi penulis sukses itu penting, Anda juga harus menganggap bahwa kegiatan menulis itu penting; (2) Kalau Anda  masih berkata, “Saya sibuk, tak ada waktu,” saya akan bertanya lagi, “Anda masih ingin menjadi suskses atau tidak?’’ jika Anda menjawab, “Ya, saya masih ingin menjadi penulis sukses,” tak ada jalan lain ayo sediakan waktu khusus untuk menulis. Jangan pakai alasan apa pun (Kuncoro, 2010:24).

Hambatan-Hambatan dalam Menulis

Bagi seorang, untuk memulai menulis tentunya akan mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang dialami tiap orang untuk memulai menulis tersebut berbeda-beda. Menurut Wardhana dan Ardianto (dikutip Kuncoro, 2010: 6 – 7), ada dua penyebab utama yang menjadi faktor penghambat kegiatan menulis. Petama, faktor internal yaitu faktor penghambat yang berasal dari dalam diri sendiri. Kedua, faktor eksternal, yaitu faktor penghambat yang berasal dari luar pribadi tiap-tiap individu

Faktor internal yang pertama  adalah seorang individu tersebut belum memiliki kebiasaan membaca buku. Kebiasaan membaca buku akan berdampak pada kemajuan suatu bangsa. Kebiasaan membaca buku seharusnya dimulai sejak usia dini, atau palin tidak sejak duduk dibangku SMA. Kegiatan membaca buku sangat erat kaitannya dengan kegiatan menulis. Dengan membaca buku, ilmu pengetahuan dan referensi untuk menulis akan semakin banyak. Kedua, belum memiliki kemampuan berbahasa yang baik sangat diperlukan untuk dapat membuat sebuah karya tulis karena menulis adalah kegiatan berbahasa secara tidak langsung. Ketiga, belum adanya minat dan keinginan untuk menulis.

Faktor eksternal yang mengahambat seseorang untuk menulis adalah: pertama, sulit mencari topik ataupun tema untuk bahan tulisan. Orang yang sulit mendapatkan tema biasanya adalah orang yang malas dan belum ada kemauan untuk membaca. Kedua, kesulitan dalam menyusun kalimat baku. Membuat kalimat baku atau kalimat efektif memiliki arti yang sangat penting karena dengan kalimat efektif cukup kalimat tunggal bukan kalimat kompleks.

 

Simpulan

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa, untuk meningkatkan keterampilan, kualitas, dan produktivitas dalam  menulis membutuhkan latihan secara terus-menerus. Seorang akan dapat terus menulis jika ia memiliki motivasi dalam menulis.  Hal yang perlu kita sadari dengan menulis suatu karya yang ilmiah yang berarti kita telah  menyebarkan ilmu, menyebarkan ilmu merupakan ibadah.

 

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

(http://agussiswoyo.com/2010/10/19/ menumbuhkan-kebiasaan-menulis/ diunduh pada tanggal 25 Nomvember 2011.

http://sabd.org/pelitaku/ sepuluh_ langkah_ untuk_menciptakan_kebiasaan_ menulis diunduh pada tanggal 25 November 2011.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Mahir Menulis: Kiat Jitu Menulis Artikel Opini, Kolom dan Resensi Buku. Jakarta. Erlangga.

Semi, M. Atar. 2007. Dasar-Dasar Kemampuan Menulis. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri, Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, Hendri, Guntur. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Wibowo, Wahyu. 2007. Berani Menulis Artikel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wardhana, Wisnu Arya dan  Ardi, Suryono Ardianto. 2007. Menyikapi rahasia menjadi penulis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

 

 

 

 

 

 

 

Psikolinguistik

PEMEROLEHAN BAHASA INDONESIA ANAK USIA 2,4 TAHUN
(Studi Kasus terhadap Pemerolehan Bahasa Anak Usia Dini)

 

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan sarana perumusan maksud, melahirkan perasaan, dan memungkinkan kita menciptakan kegiatan berkomunikasi sesama manusia mengatur berbagai aktivitas kemasyarakatan, merencanakan dan mengarahkan masa depan kita. Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir sampai usia lima tahun, yang dikenal dengan istilah pemerolehan bahasa.

Orang dewasa selalu terpesona oleh hampir perkembangan bahasa yang ajaib pada anak-anak. Meskipun sepenuhnya lahir tanpa bahasa, pada saat mereka berusia 3 atau 4 tahun, anak-anak secara khusus telah memperoleh beribu-ribu kosakata, sistem fonologi dan gramatika yang kompleks, dan aturan kompleks yang sama untuk bagaimana cara menggunakan bahasa mereka dengan sewajarnya dalam banyak latar sosial. Pemenuhan ini terjadi pada setiap masyarakat yang dikenal, apakah terpelajar atau bukan, dalam tiap-tiap bahasa dari Afghan hingga ke Zulu, dan hampir pada semua anak-anak, dengan mengabaikan cara bagaimana mereka dibesarkan. Alat-alat linguistik modern dan psikologi telah memungkinkan kita untuk mengatakan banyak hal tentang apa yang dipelajari anak-anak, dan langkah-langkah yang mungkin mereka lewati dalam perjalanan menuju kemampuan komunikatif orang dewasa.

Akan tetapi kita masih mempunyai banyak pertanyaan yang tidak terjawab tentang bagaimana sebenarnya anak-anak memperoleh bahasa. Bagairnana cara mereka menentukan apa makna kata-kata atau bagaimana cara menghasilkan ujaran yang bersifat gramatika yang belum pernah mereka dengar atau yang diproduksi sebelumnya? Peneliti tidak mampu untuk sepakat, seperti mengapa anak-anak belajar bahasa: Apakah anak-anak belajar bahasa karena orang dewasa mengajarkannya kepada mereka? Atau karena mereka diprogramkan secara genetik untuk memperoleh bahasa? Apakah mereka belajar gramatika yang kompleks hanya karena hal itu ada di sana, atau apakah mereka belajar dalam rangka memenuhi beberapa kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang lain?

Menurut Chomsky (dikutip Darjowidjojo, 2009:19) mengemukakan bahwa proses pemerolehan bahasa pada anak dimulai dari adanya masukan-masukan (input) dari lingkungan anak tersebut berupa kalimat-kalimat. Lalu anak akan mengolah masukan-masukan tersebut dalam otak mereka tepatnya dinamakan falcuties of the mind, yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam benak atau otak mereka dan salah satunya dijatahkan untuk pemakaian dan pemerolehan bahasa. Seorang yang normal akan memperoleh bahasa ibu dalam waktu singkat. Hal ini bukan karena anak memperoleh rangsangan saja, lalu si anak mengadakan respon, tetapi karena setiap anak yang iahir telah dilengkapi dengan seperangkat peralatan yang memperoleh bahasa ibu. Alat ini disebut dengan Language Acquisition Device (LAD) atau lebih dikenal dengan nama piranti pemerolehan bahasa.

Sementara menurut Juszyk dan Hone (dikutip Papalia dkk, 2009:243) mengemukakan bahwa seorang anak tidak perlu menghapal dan menirukan pola-pola kalimat agar mampu menguasai bahasa itu. Piranti pemeroiehan bahasa diperkuat oleh beberapa hal, yakni: (1). Pemerolehan bahasa anak mengikuti tahap-tahap sama;(2).Tidak ada hubungan pemerolehan bahasa anak dengan tingkat kecerdasan;(3). Pemerolehan bahasa tidak terpengaruh oleh emosi maupun motivasi; dan (4). Pada masa pemerolehan tata bahasa anak di seluruh dunia sama saja.

Pada masa pemerolehan tata bahasa anak di seluruh dunia sama saja. Si anak akan mampu mengucapkan suatu kalimat yang belum pernah didengar sebelumnya dengan menerapkan kaidah-­kaidah tata bahasa yang tidak sadar diketahuinya melalui dan kemudian dicamkan dalam hatinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini terhadap pemerolehan bahasa anak, terutama anak usia 2,4 (dua tahun empat bulan) yang bernama Yuri Dapania Isslamia Putri (Yuri) anak Bapak Ari Putro Waspodo dan Ibu Dwi Puji Rahayu adapun pokus penelitian ini adalah dari segi pemerolehan bidang fonologi.

 

1.2  Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakan pemerolehan bahasa pertama anak usia 2,4 (dua tahun empat bulan) dari segi pemerolehan bidang fonologi ?

 

1.3  Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemerolehan bahasa pertama anak usia 2,4 (dua tahun empat bulan) dari segi pemerolehan bidang fonologi.

 

1.4  Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1)      hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu referensi berkaitan dengan kajian fonologi untuk pemerolehan bahasa pertama anak usia 2,4 tahun.

2)      penelitian ini juga  diharapkan bermanfaat sebagai salah satu bahan informasi dalam hal penelitian tentang pemerolehan bahasa anak.

3)      penelitian ini diharapkan pula sebagai bahan masukan bagi penelitian yang relevan, khususnya dalam hal pemerolehan bahasa anak usia di bawah 5 tahun.

 

2. Landasan Teori

2.1. Hakikat Pemerolehan Bahasa

Krashen dalam Schutz (2006:12) mendefinisikan pemerolehan bahasa sebagai “the product of a subconscious process very similar to the process children undergo when they acquire their first language. Dengan kata lain pemerolehan bahasa adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa atau proses anak-anak pada umumnya memperoleh bahasa pertama. Pemerolehan bahasa merupakan ambang sadar pemeroleh bahasa biasanya tidak sadar bahwa ia tengah memperoleh bahasa, tetapi hanya sadar akan kenyataan bahwa ia tengah menggunakan bahasa untuk komunikasi. Schutz menambahkan hasil dari pemerolehan bahasa yakni kompetensi yang diperoleh juga bersifat di ambang sadar. Si pemeroleh pada umurnya tidak sadar tentang kaidah bahasa yang diperolehnya. Menurut Sigel dan Cocking (2000:5) pemerolehan bahasa merupakan proses yang digunakan oleh anak-anak untuk menyesuaikan serangkaian hipotesis dengan ucapan orang tua sampai dapat memilih kaidah tata bahasa yang paling baik dan sederhana dari bahasa yang bersangkutan.

Pemerolehan bahasa umumnya berlangsung dilingkungan masyarakat bahasa target dengan sifat alami dan informal serta lebih merujuk pada tuntutan komunikasi. Berbeda dengan belajar bahasa yang berlangsung secara formal dan artifisial serta merujuk pada tuntutan pembelajaran (Ricardo Schutz, 2006:12) Pemerolehan bahasa dibedakan menjadi pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua. Pemerolehan bahasa pertama terjadi jika anak belum pernah belajar bahasa apapun, lalu memperoleh bahasa. Pemerolehan ini bisa satu bahasa atau monolingual FLA (first language acquisition), bisa dua bahasa secara bersamaan atau berurutan (bilingual FLA). Bahkan bisa lebih dari, dua bahasa (multilingual FLA). Sedangkan pemerolehan bahasa kedua terjadi jika seseorang memperoleh bahasa setelah menguasai bahasa pertama atau merupakan proses seseorang mengembangkan keterampilan dalam bahasa kedua atau bahasa asing.

Menurut Vygotsky pemerolehan bahasa pertama diperoleh dari interaksi anak dengan lingkungannya, Walaupun anak sudah memiliki potensi dasar atau piranti pemerolehan bahasa yang oleh Chomsky disebut language acquisition device (LAD), potensi itu akan berkembang secara maksimal setelah mendapat stimulus dari lingkungan.

 

2.2 Fonologi dan Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi

2.2.1 Fonologi  

Pengertian Fonologi adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu bahasa yang menganalisis bunyi bahasa secara umum. http://bilikide.blogspot.com /2009/03/ fonologi.htm di unduh pada tanggal 20 November 2011. Sementara menurut Kridalaksana (2007:2), fonologi adalah ilmu tentang bunyi pada umumnya fonetik sedangkan bunyi bahasa diteliti atau di uraikan dalam fonologi. Istilah fonologi, yang berasal dari gabungan kata Yunani phone ‘bunyi’ dan ‘logos’ tatanan, kata, atau ilmu’ dlsebut juga tata bunyi. Bidang ini meliputi dua bagian. Fonetik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari cara menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat ucap manusia.

Fonemik, yaitu bagian fonologi yang mempelajari bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti. Bunyi ujaran yang bersifat netral, atau masih belum terbukti membedakan arti disebut fona, sedang fonem ialah satuan bunyi ujaran terkecil yang membedakan arti. Variasi fonem karena pengaruh lingkungan yang dimasuki disebut alofon. Gambar atau lambang fonem dinamakan huruf. Jadi fonem berbeda dengan huruf.  Untuk menghasilkan suatu bunyi atau fonem, ada tiga unsur yang penting yaitu :

1)      Udara,

2)      Artikulator atau bagian alat ucap yang bergerak, dan

3)      Titik artikulasi atau bagian alat ucap yang menjadi titik sentuh artikulator.
Vokal dan Konsonan

Vokal adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar tanpa rintangan. Konsonan adalah fonem yang dihasilkan dengan menggerakkan udara keluar dengan rintangan.  Yang dimaksud dengan rintangan dalam hal ini adalah terhambatnya udara keluar oleh adanya gerakan atau perubahan posisi artikulator .

Fonem dan Pembuktiannya Fonem adalah satuan bunyi terkecil yang berfungsi membedakan arti. Fonem dapat dibuktikan melalui pasangan minimal. Pasangan minimal adalah pasangan kata dalam satu bahasa yang mengandung kontras minimal.

Contoh :

– pola &  rnembedakan /o/ dan /u/®pula

– barang &  membedakan /b/ dan /p/®parang

Memahami bunyi merupakan sesuatu hal yang dipandang penting dalam pembelajaran bahasa. Seorang peneliti bahasa akan sutit mengidentifikasi bahasa jika ia tidak menguasai bunyi bahasa. Dengan memahami bagaimana suatu kata dibunyikan dengan baik, seorang pembelajar bahasa akan semakin cepat menguasai bahasa yang hendak dipelajari. Oleh sebab itu, penguasaan bunyi dipandang penting dalam pembelajaran bahasa dan penelitian bahasa (Samsuri, 1987:91)

             

2.2.2 Pemerolehan Bahasa dalam Bidang Fonologi

            Dalam pemerolehan bahasa, masukan merukan faktor yang sangat penting dan sangat menentukan.  Manusia tidak akan dapat menguasai bahasa  apabila tidak ada masukan komprehensif. Pandangan mentalistik yang menyatakan bahwa anak telah dibekali dengan bekal kodrati pada saat dilahirkan. Disampin itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui kodrat-kodrat yang unversal. Chomsk (dikutif Dardjowidjojo, 2005:244), mengibaratkan anak sebagai entitas yang seluruh tubuhnya telah dipasang tombol serta kabel listrik: mana yang dipencet, itulah yang akan menyebabkan bola lampu tertentu menyala. Jadi, bahasa mana dan wujudnya seperti apa ditentukan oleh input dari sekitar.

Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Ini berbeda dengan binatang yang sudan memiliki sekitar 70%. Karena perbedaan inilah maka binatang sudah dapat melakukan banyak hal segera setelah lahi, sedangkan manusia hanya bisa menangis dan menggerak-gerakkan badannya. Pada umur 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vokal. Bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan bentuknya karena memang belum terdengar jelas. Sementara pada umur 6 bulan, anak mulai mencampurkan konsonan dengan vokal sehingga membentuk apa yang ada dalam bahasa Inggri dinnamakan babbling atau celotehan (Dardjowodjojo 2000:63). Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti oleh sebuah vokal. Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial nasal. Vokalnya adalah /a/.

 

3. Metodologi Penelitian

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan ini adalah metode deskriptif kualitatif. Menurut (Sudaryanto, 1992:54) “Istilah deskriptif itu menyarankan bahwa penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta, walaupun bahan yang diolah dipilih sesuai dengan tujuan penelitian”. Metode ini digunakan untuk mengetahui pemerolehan bahasa anak usia 2,4 (dua tahun empat bulan) dari segi pemerolehan bahasa pertama dalam bidang fonologi.

3.2 Subjek Lokasi Dan Seting Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seorang anak perempuan yang bernama Yuri Dapania Isslamia Putri. Yuri lahir di Palembang pada tanggal 13 Juli 2009. Subjek penelitian ini adalah keponakan peneliti anak pertama  dari Bapak Ari Putro Waspodo, SH., dan Ibu Dwi Puji Rahayu, S.Pd. pekerjaan ayahnya adalah seorang polisi dan ibunya adalah seorang guru Bahasa Indonesia. Adapun lokasi penelitian ini adalah Jl. D.I Panjaitan GG. Murni No. 35 RT. 001 RW. 004 Kelurahan Bagus Kuning Kecamatan Plaju Palembang.

 

3.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

 

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data tentang pemerolehan bahasa pertama anak usia 2,4 (dua tahun empat bulan) dari segi pemerolehan bidang fonologi. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan  untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Bagi peneliti kulitatif, penomena dapat dimenegerti maknanya secara baik jika dilakukan interaksi dengan sumber data (Mahsun, 2005:92).

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak bebas cakap. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data dengan cara menyimak. Teknik dasar dari metode simak bebas cakap berwujud teknik sadap dengan menggunakan rekaman.

3.2.2 Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data digunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a)      melakukan pengecekan yang terkumpul.

b)      Data yang diperoleh dari hasil rekaman ditranskripkan dalam bentuk teks.

c)      Mengklasifikasikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian.

d)     Menganalisis data rekaman sesuai dengan kebutuhan penelitian.

 

4. Hasil Penelitian        

4.1 Transkrip Data                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             

4.1.1  Data I Transkrip Percakapan 

Ibu                   : Nama dedek siapa ?…

Anak               : Yuli (Yuri)

Ibu                   : Nama dedek Ovan siapa ?…

Anak               : Esi (Desi)

Ibu                   : Nama papanya Ovan ?…

Anak               : Papa Sud

Ibu                   : Anak nya ?…

Anak               :Ovan

Ibu                   : Nenek nya ?…

Anak               : nyi Ato (Nyai anto)

 

Kata Sebernarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Yuri Yuli

/r/

/l/

Desi Esi

/d/

Papa  Sud Papa Sud

Ovan Ovan

Nyai Anto Nyi Ato

/a/ /n/

 

4.1.2  Data II Transkrip Percakapan 

 Anak               : Aus 6x (haus 6x)

Ibu                   : Nyanyi dek…

Bangun tidurku…

Anak               : Telus andi (terus mandi)

Ibu                   : Tidak…

Anak               : Yupa ngeosok jigi (lupa menggosok gigi)

Ibu                   : Habis mandi…

Anak               : Ku toyong ibu (kutolong ibu)

Ibu                   : Membersikan…

Anak               : Tepat tidungku (tempat tidurku)

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Haus Aus..aus..aus..aus..aus..aus.

/h/

Terus mandi Telus andi

/r/ /m/

/l/

Lupa menggosok gigi Yupa ngeosok jigi

/l/  /m/ /g/ /o/ /g/

/y/ /e/ /j/

Kutolong ibu Ku toyong ibu

/l/

/y/

Tempat tidurku Tempat tidungku

/r/

/ng/

 

4.1.3  Data III Transkrip Percakapan

 Ibu                   : Bantal guling ini punya siapa ?…

Anak               : Ni puya adek Ovan (ini punya adek Ovan)

Ibu                   : Pintar

Yuri ?…

Anak               : Puti (putri)

Ibu                   : Nama papa ?…

Anak               : Ali Puto (Ari Putro)

Ibu                   : Kalau mama ?…

Anak               : Ma ayuk (mama yayuk)

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Ini punya adek Ovan Ni  puya adek Ovan

/i/ /n/

putri Puti

/r/

 Ari Putro  Ali Puto

/r/ /r/

/l/

Mama ayuk Ma ayuk

/m/ /y/

 

4.1.4  Data IV Transkrip Percakapan

Ibu                   : Nyanyi apa lagi ya ?…

Anak               : intang ecil (bintang kecil)

Ibu                   : ayo ?…

Anak               : intang ecil liat aku ada (bintang kecil lihat aku ada)

Intang ecil di angit yang iyu (bintang kecil di langit yang biru)

Ibu                   : Amat…

Anak               : Anyak (banyak)

Ibu                   : Menghias…

Anak               : Angca aku inyin tebang (angkasa aku ingin terbang)

Dan enai da pegi ke tepat kau beada (dan menari dan pergi ke

tempat kau berada)

Ibu                   : Makasih ya dek…

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Bintang kecil Intang ecil

/b/ /k/

Bintang kecil lihat aku ada

 

Bintang kecil di langit yang biru

Intang ecil liat aku ada

 

Intang ecil di angit yang iyu

 

/b/ /k

/k/ /e/ /l/ /b/

 Banyak  Anyak

/b/

Angkasa aku ingin terbang

 

Dan menari dan pergi ke tempat kau berada

Angca aku inyin tebang

 

Dan enai da pegi ke tepat kau beada

/k/ /s/ /g/ /r/

/m/ /e/ /r/ /n/ /r/ /m/ /r/

/s/

 

4.1.5 Data V Transkrip Percakapan

 Anak               : Tik-tik unyi ujan (tik-tik bunyi hujan)

Ibu                   : Di atas…

Anak               : Jenting (genting)

Anak               : Ae nya tuyun idag teiya di tinyok-tinyok (airnya turun tidak

terkira di tengok-tengok)

Ibu                   : Pohon dan kebun…

Anak               : Bacah cemua (basah semua)

Ibu                   : Pintar Dek…

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Tik-tik bunyi hujan Tik-tik unyi ujan

/b/ /h/

Genting Jenting

/g/

/j/

 Air nya turun tidak

terkira di tengok-tengok

 Ae nya tuyun idag teiya di tinyok-tinyok

/i/ /r/ /t/ /e/ /g/

/y/ /i/ /y/

 Basah semua Bacah cemua

/s/

/c/


4.1.6 Data VI Transkrip Percakapan

 Anak               : Buyan (bulan)

Ibu                   : Nyanyi bulan bagaimana ya ?…

Anak               : Ambik buk… (ambilkan buk…)

Ibu                   : Ayo…

Anak               : Ambik buyan buk (ambilkan bulan buk)

Ibu                   : Nyanyi  apa lagi ya ?…

Anak               : Catu (satu)

Ibu                   : Ayo…

Anak               : Catu-catu ku cayang kakek (satu-satu aku sayang kakek)

Ibu                   : Potong…

Anak               : Tong bebek angca asak  di anli (potong bebek angsa masak di kuali)

Ibu                   : Kualinya pecah

Anak               : Eacah epat ali (pecah empat kali)

Ibu                   : Nona minta dansa, dansa empat kali…

Anak               : Soyong kili, soyong kanan, ya… ya… ya… (serong kekiri serong

kekanan, la… la… la..)

Ibu                   : Ma kasih ya…

Anak               : Ya…

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Bulan Buyan

/l/

/y/

Ambilkan buk… Ambik buk…

/l/

Ambilkan bulan buk Ambek buyan buk

/i/ /l/

/e/ /y/

 Satu  Catu

/s/

/c/

Satu-satu aku sayang kakek Catu-catu ku cayang kakek

/s/

/c/

Potong bebek angsa masak di kuali Ton bebek angca asak  di anli

/p/ /o/ /g/ /s/ /m/ /a/ /k/ /u/

/c/

Pecah empat kali Eacah epat ali

/p/ /e/ /m/ /k/

/a/

Serong kekiri serong                         kekanan, la.. la..la.. Soyong kili, soyong kanan, ya..ya.. ya..

/r/ /la/

/y/

Ya… Ya…

 

 

4.1.7  Data VII Transkrip Percakapan

 Ibu                   : Ini apa dek ?…

Anak               : Dedek

Ibu                   : Namanya ?…

Anak               : Bayu

Ibu                   : Ini apa namanya ?…

Anak               : Ayis (alis)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Ato (mata)

Ibu                   : Ini…

Anak               : Iyut (perut)

Ibu                   : Ini…

Anak               : Idung (hidung)

Ibu                   : Yang ini…

Anak               : Nanang (tangan)

Ibu                   : Ini…

Anak               : Kaki (kaki)

Ibu                   : Pinter dek…

Ini apa…

Anak               : Bayon (balon)

Ibu                   : Ini jepit mama, apa namanya ?…

Anak               : Kuku (kuku)

Ibu                   : Ini dek…

Anak               : Ambut (rambut)

Ibu                   : Pintar…

Ini…

Anak               : Koping (kuping)

Ibu                   : Pinter…

Ini…

Anak               : Jigi (gigi)

Ibu                   : Kalau ini ?…

Anak               : Yidah (lidah)

Ibu                   : Pinter dek…

Anak               : Pipi (pipi)

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Dedek Dedek

Bayu Bayu

Alis Ayis

/l/

/y/

Mata Ato

/m/ /a/

/o/

Perut Iyut

/r/

/y/

Hidung Idung

/h/

Tangan Nanang

/t/ /g/

/n/ /a/

Kaki Kaki

Balon Bayon

/l/

/y/

Kuku Kuku

Rambut ambut

/r/

Kuping Koping

/u/

/o/

Gigi Jigi

/g/

/j/

 lidah  Yidah

/l/

/y/

Pipi Pipi

 

4.1.8  Data VIII Transkrip Percakapan

 Ibu                   : Kalau ini berapa ?…

Anak               : Ua (dua)

Ibu                   : Berhitung dulu yuk,,

Anak               : Itung (hitung)

Anak               : Catu, uua, tida, pat (satu, dua, tiga, empat )

Ibu                   : Itu apa nama nya dek ?…

Anak               : Yampu (lampu)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Patan (papan)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Picang (pisang)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Bayon (balon)

Ibu                   : Kalau ini ?…

Anak               : Patu mama (sepatu mama)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Aju papa (baju papa)

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Dua Ua

/d/

Hitung Itung

/h/

Satu, dua, tiga, empat Catu, ua, tida, pat

/s/ /d/ /g/ /e/ /m/

/c/

Lampu Yampu

/l/

/y/

Papan Patan

/p/

/t/

Pisang Picang

/s/

/c/

Balon Bayon

/l/

/y/

 Sepatu mama  Patu mama

/s/ /e/

Baju papa Aju papa

/b/

 

4.1.9  Data IX Transkrip Percakapan

 Ibu                   : Warna apa ini ?…

Anak               : Ijo (hijau)

Ibu                   : Kalau yang ini warna apa ?…

Anak               : Pin (pink)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Kunying (kuning)

Ibu                   : Yang ini warna langit dek ?…

Anak               : Biyu (biru)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Oyen (orange)

Ibu                   : Ini ?…

Anak               : Oyen biyu (orange biru)

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Hijau Ijo

/h/ /o/

/u/

Pink Pin

/k/

Kuning Kunying

/y/

Biru Biyu

/r/

/y/

Orange Oyen

/r/ /a/ /g/

Orange biru Oyen biyu

/r/ /a/ /g/

/y/

 

4.1.10  Data X Transkrip Percakapan

 Ibu                   : Dedek suka makan apa ?…

Anak               : Atan itan (makan ikan)

Ibu                   : Terus makan apa ?…

Anak               : Ayam (ayam)

Ibu                   : Kalau es, senang es apa ?…

Anak               : Es skim pomi (es krim popmi)

Ibu                   : Kalau susu ?…

Anak               : Cucu cocat (susu coklat)

 

Kata Sebenarnya

 Yuri

Satuan Fonem Yang Lesap

Perubahan Fonem

Makan ikan Atan itan

/m/ /k/

/t/

Ayam Ayam

Es krim popmi Es skim pomi

/p/

/o/

Susu coklat Cucu cocat

/s/ /kl/

/c/

 

4.2 Pembahasan

            Dari hasil penelitian  yang dipaparkan di atas, bunyi-buyi yang diucapkan oleh Yuri di umur 2,4 (dua tahun empat bulan), Yuri telah banyak memperoleh dan memproduksi berbagai fonem yang dapat membedakan arti kata-kata yang dapat diucapkan. Fonem-fonem konsonan dan vokal yang telah dikuasai oleh Yuri pada usia 2,4 (dua tahun empat bulan) adalah a, b, c, d, e, g, i, j, k, l, n, o, s, t, u, dan y. Ada beberapa konsonan tersebut yang belum bisa di ucapkan jika konsonan terebut berada di awal, di tengah dan di akhir. Untuk  konsonan [g], Yuri akan menghilangkan konsonan tersebut  jika konsonan tersebut berada di awal misalnya /gigi/ diucapkan menajadi /jigi/ sementara jika konsonan tersebut berda di tengah misalnya /tiga/ di ucapkan /tida/.

Selanjutnya, untuk konsonan [m] Yuri akan menghilangkan konsonan tersebut jika konsonan tersebbut berada di awal, di tengah. Misalnya /mama/ di ucapkan /ma/ dan /tempat/ di ucapkan /tepat. Untuk konsonan [h], Yuri akan menghilangkan bunyi konsonan tersebut jika konsonan tersebut berada di awal misalnya /hijau/ di ucapkan /ijo/, /hidung/ diucapkan /idung/ dan /hitung /di ucapkan /itung/ dan /haus/ diucapkan /aus/.           Sementara konsonan [s], Yuri menghilangkan bunyi konsonan tersebut jika konsonan tersebut berada diawal dan ditengah, sementara diakhir Yuri sudah mampu mengucapkannya dengan jelas di misalnya:

/angsa/             /angca/

/basah/             /bacah/

/semua/            /cemua/

/satu/                /catu/

/saying/            /cayang/

/pisang/            /picang/

/sepatu             /patu/

/susu/               /cucu/
                                                     

 

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

 

5.1 Simpulan

            Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulan bahwa Yuri telah banyak menyebutkan bunyi-buyi konsonan ( b, c, d, g, j, k, l, n, s, t, u, dan y, dan vokal (a, i, u, e, dan o)  sementara ada beberapa konsonan yang belum bisa di ucapkan oleh Yuri yaitu konsonan (f, q, x, dan z), sementara konsonan [r], [s], [g]. konsonan [r] Yuri mengganti konsonan [l], konsosna [s], diganti  konsonan [c] dan konsonan [g] diganti [j].

 

5.2 Saran

Hasil penelitian ini hanya membicarakan pemerolehan bahasa pertama anak dalam bidang fonologi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aspek lain yaitu,  misalnya bidang morfologi, sintaksis, dan leksikon. Selain itu, dapat juga meneliti pemerolehan bahasa anak  dengan usia berbeda  serta pemerolehan bahasa kedua atau B2.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Dardjowidjojo, Soenjono. 2005. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Darjowidjojo, Soenjonno. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Reneka Cipta.

 http://bilikide.blogspot.com /2009/03/ fonologi.htm di unduh pada tanggal 20 November 2011.

Kridalaksana, Hari Murti. 2007. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

 Kridalaksana, Hari Murti. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Samsuri. 1987. Analisis Bahasa; Memahami Bahsa Secara Ilmiah. Jakarta: Erlangga.

Schutz, Ricardo. Stephen Krashni’s Theory of Second language Acquisition Online. 30 de janero de 2006) p.12, (http://www.sk.com.br/sk-krash.html di unduh pada tanggal 20 November 2011.

Sigel and Cocking, R. Cognitive Development from Childhood to Adolescence: A Construc/ivist Perspective. (2000), p. 5. (http:// fccl.ksu.ru/ papers/ gp002. htm) di unduh pada tanggal 21 November 2011.

Hello world!

Welcome to WordPress.com. After you read this, you should delete and write your own post, with a new title above. Or hit Add New on the left (of the admin dashboard) to start a fresh post.

Here are some suggestions for your first post.

  1. You can find new ideas for what to blog about by reading the Daily Post.
  2. Add PressThis to your browser. It creates a new blog post for you about any interesting  page you read on the web.
  3. Make some changes to this page, and then hit preview on the right. You can always preview any post or edit it before you share it to the world.